Translate This Page

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Rabu, 22 Desember 2010

DAHSYATNYA NERAKA


Neraka adalah tempat tinggal yang ALOOH AZZA WA JALLA sediakan untuk orang-orang yang kafir kepada ALLOOH AZZA WA JALLA, menentang syariat-Nya, dan mendustakan Rasul-Nya. Neraka adalah tempat untuk menyiksa musuh musuh-Nya serta penjara untuk menahan orang-orang yang berdosa. Dialaah tempat kehinaan, dan kerugian yang melebihi nya. setiap kita dipastikan akan melalui nya,dan tiada jaminan keselamatan dari nya. ALLOOH TABAAROKA WA TA’ALA Berfirman ,”Dan tidak ada seorangpun darimu,melainkan mendatangi neraka itu.Hal iyu bagi Rabbmu adalah suatu kepastian yang sudah di tetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (Maryam:71-72) jika kita menelaah al Qur’an dan al Hadits, kita akan mendapatkan gambaran kedahsyatan neraka. Negeri yang penuh dengan derita ,kehinaan,siksaan,kesusaha
n,rintihan,keluh kesah,teriakan,dan umpatan. Api yang menyala nyala mengepung penghuni nya dari bawah,atas,kiri, dan kanan mereka, dalam keadaan tangan dan leher yang terbelenggu. Udara yang ada hanyalah angin yang panas membara, airnya pun sangat panas mendidih , dan naungan nya hanyalah asap yang hitam dan kelam, tiada kesejukan yang bisa menyegarkan mereka. Kematian adalah sesuatu yang diinginkan para penghuni nya agar mereka terlepas dari siksaan ini. Namun, kematian hanyalah terjadi sekali saja, di dunia ini. Di sebutkan dalam suatu hadits Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa salam, beliau menjelaskan “ api kita di dunia ini adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari api neraka jahanam. ” (Muttafaq ‘alaih) alangkah dahsyatnya neraka yang telah ALLOOH AZZA WA JALLA siapkan. Semua siksaan yang ALLOOH AZZA WA JALLA berikan di neraka, adalah semata mata keadilan dari ALLOOH SUBHANAHU WA TA’ALA. Tidak ada satupun makhluk yang dizalimi oleh ALLOOH TABAAROKA WA TA’ALA akan tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri. Sungguh demi ALLOOH AZZA WA JALLA tidak ada seorangpun yang mampu menahan siksaan di neraka. Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang orang kafir. Semoga ALLOOH AZZA WA JALLA melindungi kita dan keluarga kita serta sanak saudara kita dari pedihnya siksa neraka. Amin




Sumber: Majalah nikah volume 8 ( ada sedikit penambahan dari penulis)


Pedihnya Siksa Neraka



Definisi Neraka

Neraka di dalam bahasa Arab disebut (النار ) “An Naar” yang artinya: Api. Neraka dinamakan (النار ) “An Naar”: Api, karena penghuni neraka disediakan bagi mereka tempat tinggal yang terbuat dari api, pakaian dari api dan merekapun disiksa dengan api.


Allah Ta’ala berfirman:

فأنذرتكم نارا تلظى، لا يصلاها إلا الأشقى

“Maka Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala, tidak ada yang masuk ke dalamnya melainkan orang yang paling celaka. (QS. Al Lail:14-15).

Dimanakah Letak Neraka?

Sebagaimana surga adalah tempat orang-orang yang mulia, maka dia berada ditempat yang mulia dan tinggi, yaitu di langit yang ketujuh. Namun nereka adalah tempat orang-orang yang hina dan rendah, maka dia berada di tempat yang paling rendah, yaitu di bagian bumi yang paling bawah. Allah berfirman:

ثم رددناه أسفل سافلين

“Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). (QS. At Tiin:5).

Dalamnya Neraka

Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu anhu ia berkata: “Dahulu ketika kami besama Rosulullah shallallahu alaihi wasallam, kami mendengar suara sesuatu yang jatuh. Beliau berkata: Tahukah kalian suara apakah ini? Kamipun berkata: Allah dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:

هذا حجر أرسل في جهنم منذ سبعين خريفا فالآن انتهى قعرها

“Ini adalah suara batu yang dilempar dari permukaan neraka jahannam semenjak tujuh puluh tahun yang lalu, sekarang baru sampai ke dasarnya.” (HR. Muslim:2844).

Panasnya Neraka

Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu anhu berkata: Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ناركم هذه التي يوقد بنو آدم جزء واحد من سبعين جزءا من نار جهنم، قالوا: والله إن كانت لكافية، قال: إنها فضلت عليها بتسعة وستين جزءا كلهن مثل حرها

“Api kalian ini yang digunakan manusia untuk menyalakan sesuatu adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian bagian (panasnya) api neraka. Para Sahabat berkata: Demi Allah sesungguhnya api ini sudah cukup (untuk menyiksa). Beliau bersabda: Sesungguhnya api neraka itu lebih panas dari api dunia enam puluh sembilan kali semua panasnya sama.” (HR. Bukhori:3265, Muslim:2843).

Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu anhu berkata: Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

اشتكت النار إلى ربها، فقالت: يا رب أكل بعضي بعضا فنفسني، فأذن لها نفسين: نفس في الشتاء ونفس في الصيف، فأشد ما تجيدون من الحر من سمومها، وأشد ما تجيدون من البرد من زمهررها

“Nereka mengadu kepada Tuhannya, lalu ia berkata: Ya Robbi bagian tubuhku saling memakan antara satu dan yang lainnya, maka berikanlah aku nafas. Lalu Allah memberikannya dua nafas; Satu nafas di musim dingin dan satu nafas di musim panas. Maka kalian menjumpai panas yang sangat luar biasa dari teriknya( yang amat panas) dan kalian menjumpai dingin yang sangat luar biasa dari udaranya (yang amat dingin) .” (HR. Bukhori:536, Muslim:617).

Besarnya Tubuh Penghuni Neraka

Tubuh penghuni neraka sangat besar, namun besarnya tubuh mereka bukanlah sesuatu yang dibanggakan, karena tubuh mereka dibesarkan agar mereka benar-benar merasakan siksa. Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu anhu berkata: Dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ما بين منكبي الكافر مسيرة ثلاثة أيام للراكب السريع

“Jarak antara kedua pundak orang kafir (di neraka) seperti jarak orang yang menaiki kendaraan dengan cepat selama tiga hari.” (HR. Bukhori:5661, Muslim:2582).

Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu anhu berkata: Dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ضرس الكافر أو ناب الكافر مثل أحد، وغلظ جلده مسيرة ثلاثة أيام

“(Besar) gigi geraham orang kafir atau gigi taringnya (di neraka) seperti gunung uhud, dan tebal kulitnya jarak perjalanan tiga hari.” (HR. Muslim:2851).

Kulit mereka yang begitu tebal dibakar dengan api yang menyala-nyala hingga kulit itupun hangus, apabila kulit itu hangus Allah menggantinya dengan kulit yang lain, Allah Ta’ala berfirman:

{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُواْ الْعَذَابَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا} (56) سورة النساء

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan kedalam neraka. Setiap kulit tubuh mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan adzab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An Nisa’:56).

Buruknya Rupa Penghuni Neraka

Sebagaimana mereka adalah manusia yang paling buruk amalannya di dunia, Allah merubah rupa mereka di akhirat dengan rupa yang buruk, hitam dan berdebu. Allah Ta’ala berifrman:

ُفَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكْفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُواْ الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ} (106) سورة آل عمران

“Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah adzab disebabkan kekafiranmu itu.” (QS. Ali Imron:106).

Allah juga berfirman:

ووجوه يومئذ عليها غبرة، ترهقها قترة، أولئك هم الكفرة الفجرة ))

“Dan banyak muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.” (QS. ‘Abasa:40-42).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda mengkisahkan Nabi Ibrohim alaihissalam ketika meminta syafaat untuk bapaknya pada hari kiamat, namun syafaatnya ditolak karena bapaknya adalah penyembah patung, lalu dikatakan kepada Nabi Ibrohim:

يا إبراهيم ! انظر ما وراءك، فإذا هو بذيخ ملطخ، فيؤخذ بقوائمه ويلقى في النار

“Hai Ibrohim! Lihatlah kebelakang, tiba-tiba dia melihat seekor heyna jantan yang berlumuran darah, lalu diambil tubuhnya dan dilemparkan ke neraka.” (HR. Bukhori:3350).

Pakaian Penghuni Neraka

Mereka diberi pakaian, namun pakaian mereka tidak nyaman, mereka diberi pakaian namun pakaian tersebut tidak dapat melindungi tubuh mereka, malah pakaian itu membakar tubuh mereka sendiri; karena pakaian mereka terbuat dari api. Allah Ta’ala berfirman:

فالذين كفروا قطعت لهم ثياب من نار

“Dan orang-orang yang kafir, Allah jadikan bagi mereka baju yang terbuat dari api.” (QS. Al Hajj:19).

Makanan Dan Minuman Penghuni Neraka

Mereka merasakan lapar yang luar biasa, namun mereka tiada mendapatkan makanan yang mengeyangkan dan menghilangkan rasa lapar, Allah Ta’ala befirman:

ليس لهم طعام إلا من ضريع، لا يسمن ولا يغني من جوع

“Mereka tiada memperoleh makanan, selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak menghilangka lapar.” (QS. Al Ghaasyiyah:6-7).

Allah juga berfirman:

إن شجرة الزقوم، طعام الأثيم، كالمهل يغلي في البطون كغلي الحميم

“Sesungguhnya pohon zaqqum itu, makanan orang yang banyak berdosa, seperti kotoran yang mendidih di dalam perut, seprti mendidihnya air yang sangat panas.” (QS. Ad Dukhaan:43-46).

Dari Ibnu Abbas rodhiyallahu anhuma berkata: Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

لو أن قطرة من الزقوم قطرت في دار الدنيا لأفسدت على أهل الدنيا معايشهم، فكيف بمن تكون طعامه ؟

“Sekiranya satu tetes dari Zaqqum menetes ke dunia, niscaya akan mengancurkan kehidupan penduduk dunia, lalu bagaimana dengan orang yang memakannya?!”. (HR. Ahmad, Tirmidzi, lihat Shohihul Jami’:525).

Mereka kepanasan dan merasakan haus yang luar biasa, namun mereka tidak mendapatkan udara sejuk yang menghilangkan panasnya neraka jahannam dan tidak pula mendapatkan air segar yang menghilangkan rasa haus. Allah Ta’ala berfirman:

لا يذوقون فيها بردا ولا شرابا، إلا حميما وغساقا

“Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak pula (mendapat) minuman, selain air mendidih dan nanah.” (QS. An Naba’:24-25)

Hamiman (حميما ): Air mendidih yang sangat panas yang menghanguskan muka dan menghancurkan segala yang ada di perut. Gossaqon (غساقا ): Minuman yang terbuat dari nanah, darah, keringat dan luka penguhuni neraka, minuman tersebut sangat dingin dan berbau busuk. Allah telah berfirman:

من ورائه جهنم ويسقى من ماء صديد يتجرعه ولا يكاد يسيغه ويأتيه الموت من كل مكان وما هو بميت ومن ورائه عذاب غليظ

“Di hadapannya (yaitu orang yang sombong) ada neraka jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnya air dari nanah itu, dan hampir dia tidak bisa menelannya dan datanglah maut kepadanya dari segala penjuru, tetapi dia juga tidak mati; dan di hadapannya masih ada azab yang berat.”(QS. Ibrahim: 16-17).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

لو أن دلوا من غساق يهراق في الدنيا لأنتن أهل الدنيا

“Sekiranya timba yang berisi Gossaq dituangkan ke dunia, niscaya menjadikan busuk penduduk dunia.”(HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rohimahullah berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala meniadakan kesejukan yang menjadikan segar tubuh bagian luar, dan juga meniadakan minuman yang menjadikan dingin tubuh bagian dalam, yang demikian itu karena penghuni neraka apabila kehausan mereka meminta minum, sebagaimana Allah berfirman:

وإن يستغيثوا يغاثوا بماء كالمهل يشوي الوجوه بئس الشراب وساءت مرتفقا

“Dan apabila mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”(QS. Al Kahfi: 29).

Apakah air yang yang panasnya seperti besi mendidih, apabila didekatkan ke wajah dapat menghanguskan wajah tersebut, apakah air itu bermanfaat bagi peminumnya?

Allah juga berfirman:

يصبّ من فوق رؤوسهم الحميم يصهر ما في بطونهم والجلود

“Disiramkan air yang mendidih dari atas kepala mereka, dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka).”(QS. Al Hajj: 19-20).

Apa yang ada di dalam perut mereka adalah usus, sedangkan kulit adalah tubuh bagian luar. Maka barangsiapa yang minumannya seperti itu sungguh mereka tidak merasakan kesejukan dan tidak pula mendapatkan minuman yang menghilangkan panas didalam tubuhnya.” (dinukil dari Tafsir Juz Amma Surat An Naba’ ayat:24-25, karya: Syaikh Muhammad Al Utsaimin, dengan sedikit ringkasan).

Penghuni Neraka Ingin Menebus Siksa Neraka Dengan Harta Dan Anak Mereka

Mereka ingin menebus siksa dengan harta benda yang mereka miliki, namun Allah menolak tebusan mereka, Allah Ta’ala befirman:

إن الذين كفروا لو أن لهم ما في الأرض جميعا ومثله معه ليفتدوا به من عذاب يوم القيامة ما تقبل منهم ولهم عذاب أليم

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu pula untuk menebus diri mereka dengan itu dari adzab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka mendapatkan adzab yang pedih.” (QS. Al Maaidah:36).

Bahkan mereka ingin menebus siksa dengan anak-anak mereka, istri mereka, saudara mereka, keluarga mereka, namun semua itu tidak diterima. Allah Ta’ala berfirman:

“Orang yang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari adzab hari itu dengan anak-anaknya, isrtinya dan saudaranya, dan familinya yang melindunginya (di dunia), dan orang-orang diatas bumi seluruhnya, kemudian mereka (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya. Sekali-kali tidak dapat. Sesugguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak. (QS. Al Ma’aarij:11-15).

Doa Penghuni Neraka

Penghuni neraka berharap dan berdoa agar mereka dikeluarkan dari neraka, dihidupkan kembali ke dunia untuk beramal sholih, sebagaimana Allah berfirman:

ربنا أخرجنا منها فإن عدنا فإنا ظالمون قال اخسئوا فيها ولا تكلمون

“Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (kembalikan kami kedunia untuk beramal sholih), maka jika kami kembali (kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.” Allah berfirman: “Tinggallah di dalamnya dengan hina, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.”(QS. Al Mu’minuun: 107-108).

Lalu mereka meminta kepada Malik penjaga neraka supaya Allah mematikan mereka, sebagaimana Allah berfirman:

ونادوا يا مالك ليقض علينا ربك قال إنكم ماكثون

“Mereka berseru: “Wahai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja, Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu tetap tinggal (di neraka ini).”(QS. Az Zukhruf: 77).

Kemudian mereka meminta keringanan agar tidak disiksa satu hari saja, sebagaimana Allah berfirman:

(( وقال الذين في النار لخزنة جهنم ادعوا ربكم يخفف عنا يوما من العذاب قالوا أولم تك تأتيكم رسلكم بالبينات قالوا بلى قالول فادعوا وما دعاء الكافرين إلا في ضلال ))

“Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada kepada penjaga-penjaga jahannam: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari”. Penjaga Jahannam berkata: “Bukankah telah datang kepada kamu rosul-rosulmu denagn membawa keterangan?” Mereka menjawab: “Benar sudah datang”. Penjaga jahannam berkata: “Berdoalah kamu”. Dan doa-doa orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka.”(QS. Al Mu’min: 49-50).

Lalu turunlah ayat kepada penghuni neraka yang memutuskan segala harapan mereka, Allah berfirman:

فذوقوا فلن نزيدكم إلا عذابا

“Karena itu rasakanlah. Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain daripada adzab.” (QS. An Naba’:30).

Syaikh As Sa’dy rohimahullah berkata: ( فذوقوا ) : Maka rasakanlah olehmu wahai para pendusta siksaan yang pedih lagi menghinakan dan kekal, ( فلن نزيدكم إلا عذابا ) : Setiap waktu dan setiap saat bertambah siksaan mereka. Ayat ini adalah ayat yang paling keras yang menjelaskan pedihnya siksaan terhadap penghuni neraka –semoga Allah melindungi kita darinya-.” (lihat Tafsir As Sa’dy Juz Amma Surat An Naba’:30).

Penyesalan Dan Tangisan Penghuni Neraka

Mereka menyesal, benar mereka menyesal namun penyesalan mereka tiada lagi artinya. Mereka menangis, sungguh mereka benar-benar menangis, karena mereka mengalami penderitaan yang tiada seorangpun yang sabar menahannya. Bahkan mereka banyak menangis, sampai-sampai air mata mereka bisa dilalui kapal karena banyaknya. Mereka mengangis dan terus menangis sehingga apabila air mata mereka habis, mereka menangis dengan mengeluarkan darah sebagai pengganti air mata. Allah Ta’ala berfirman:

فليضحكوا قليلا وليبكوا كثيرا جزاء بما كانوا يعملون

“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit (di dunia) dan menangis banyak (di akhirat), sebgai balasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. At Taubah:82).

Dari Abu Musa Al Asy’ari rodhiyallahu anhu, dari Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إن أهل النار ليبكون حتى لو أجريت السفن في دموعهم لجرت، وإنهم ليبكون الدم –يعني- مكان الدمع

“Sesungguhnya penghuni neraka mereka benar-benar menangis, sampai-sampai kalau sekiranya kapal-kapal dijalankan diatas air mata mereka niscaya kapal-kapal tersebut berjalan, sesungguhnya mereka menangis mengeluarkan darah sebagai ganti air mata.” (HR. Hakim, di hasankan Syaikh Albani Shohihu Jami’:2032 dan lihat Ash Shohihah:1679).

Kematian Disembelih Di Antara Surga Dan Nereka

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Di datangkan kematian seakan-akan ia adalah seekor domba, lalu di berhentikan di antara surga dan neraka, dikatakan kepada penghuni surga: Wahai penghuni surga tahukah kalian ini? Merekapun berkumpul, melihat dan berkata: Ya ini adalah kematian. Kemudian dikatakan kepada penghuni neraka: Wahai penghuni neraka tahukah kalian ini? Merekapun berkumpul, melihat dan berkata: Ya ini adalah kematian. Kemudian diperintahkan kepada kematian lalu iapun disembelih. Kemudian dikatakan: Wahai penghuni surga kekal dan tidak ada lagi kematian, wahai penghuni neraka kekal dan tidak ada lagi kematian.” (Muttafaqun Alaih).

Peringatan Dari Siksa Neraka

Wahai hamba Allah ingatlah Tuhanmu, murnikanlah ibadah hanya kepada-Nya, janganlah engkau menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Jagalah sholatmu dan janganlah engkau termasuk orang yang menyia-nyiakan sholat. Sadarlah hidup ini hanya sementara, maka janganlah engkau lalai dengannya. Bertaubatlah dari segala dosa dan jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka, Allah Ta’ala berfirman:

يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها ملائكة غلاظ شداد لا يعصون الله ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar; yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim:6).

Ya Allah tunjukkan kami ke jalan-Mu yang lurus, yaitu jalan yang mengantrakan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari siksa api neraka.

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

“Wahai Tuhan kami berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan selamatkan kami dari siksa api neraka.” Amin.

(Dinukil dari Muqoddimah kitab At Takhwif Minan Naar” karya Ibnu Rojab Al Hambali hal-9)

Abu Muhammad Herman

Sumber : Majalah adz Dzakhiirah Vol.7 No.10 Edisi 52 Th.1430/2009 Hal.14-23 / http://pengajianbahrain.blogspot.com/2008/03/pedihnya-siksa-neraka.html
http://alqiyamah.wordpress.com/2009/11/07/pedihnya-siksa-neraka-ahmad-jamil-bin-alim-as-salafi/


Apakah Semua Akan Memasuki Neraka?


Penulis : Ustadz ‘Ashim bin Musthafa, Lc

Allâh Ta’ala berfirman:

“Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang zhalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.”
(Qs Maryam/19: 71-72)

Penjelasan dari Ayat

Ayat ini (ayat pertama) merupakan kabar berita dari Allâh Ta’ala kepada seluruh makhluk, baik orang-orang yang shaleh ataupun durhaka, Mukminin maupun orang kafir. Setiap orang akan mendatangi neraka. Ini sudah menjadi ketentuan Allâh Ta’ala dan janji-Nya kepada para hamba-Nya. Tidak ada keraguan tentang terjadinya peristiwa itu dan Allâh Ta’ala pasti akan merealisasikannya.

Yang perlu diketahui, Ulama ahli tafsir berbeda pendapat mengenai pengertian kata al-wurûd (mendatangi neraka) dalam ayat tersebut. Sebagian Ulama menyatakan, maksudnya neraka dihadirkan di hadapan segenap makhluk, sehingga semua orang akan merasa ketakutan. Setelah itu, Allâh Ta’ala menyelamatkan kaum muttaqîn (orang-orang yang bertakwa). Atau menurut penafsiran yang lain, semua makhluk akan memasukinya. Akan tetapi bagi kaum Mukminin meskipun mereka memasukinya, neraka akan menjadi dingin dan keselamatan bagi mereka. Di samping itu, terdapat penafsiran lain yang memaknai kata al-wurûd dengan mendekati neraka. Dan ada pula yang menafsirkan bahwa maksudnya adalah panas badan yang dialami kaum Mukminin saat menderita sakit panas.

Syaikh ‘Abdul Muhsin menyatakan bahwa penafsiran paling populer mengenai ayat di atas ada dua pendapat. Pertama, semua orang akan memasuki neraka, akan tetapi kaum Mukminin tidak mengalami bahaya. Kedua, semua orang akan melewati shirâth (jembatan) sesuai dengan kadar amal shalehnya. Jembatan ini terbentang di atas permukaan neraka Jahannam. Jadi, orang yang melewatinya dikatakan telah mendatangi neraka. Penafsiran ini dinukil Ibnu Katsîr rahimahullâh dari Ibnu Mas’ûd radhiallâhu’anhu.

Dari dua pendapat ini, Imam Ibnul Abil ‘Izzi rahimahullâh (wafat tahun 792 H) memandang bahwa pendapat kedua itulah yang paling kuat dan râjih.

Beliau berkata, “Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai pengertian al-wurûd dalam firman Allah Surat Maryam ayat 71, manakah pendapat yang benar? Pendapat yang paling jelas dan lebih kuat adalah melintasi shirâth.”

Untuk menguatkan pendapat ini, Imam Ibnul Abil ‘Izzi rahimahullâh berhujjah dengan ayat selanjutnya (Qs Maryam/19:72) dan hadits riwayat Imam Muslim rahimahullâh dalam kitab Shahihnya no. 6354.

Imam Muslim rahimahullâh meriwayatkan dengan sanadnya dari Umm Mubasysyir radhiallâhu’anha, ia mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda saat berada di samping Hafshah radhiallâhu’anha, “Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah berbaiat di bawah pohon (ikut serta dalam perjanjian Hudaibiyah, red) yang akan masuk neraka”.

Hafshah (dengan merasa heran) berkata, “Mereka akan memasukinya wahai Rasulullah”.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam pun menyanggahnya. Kemudian Hafshah radhiallâhu’anha berdalil dengan membaca ayat di atas (Qs Maryam/19: 71).

(Mendengar ini) Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam kemudian (mendudukkan masalah seraya) bersabda:

“Sungguh Allah telah berfirman setelahnya: Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang zhalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut)”. (Qs Maryam/19: 72)

Usai mengetengahkan hadits di atas, Imam Ibnu Abil ‘Izzi rahimahullâh mengatakan bahwa Beliau (Rasulullah) Shallallahu ‘Alaihi Wassallam mengisyaratkan (dalam hadits tersebut) bahwa maksud al-wurûd (mendatangi neraka) tidak mesti memasukinya.

Selamatnya (seseorang) dari mara bahaya tidak mesti ia telah mengalaminya. Seperti halnya seseorang yang dikejar musuh yang hendak membunuhnya, namun musuh tidak sanggup menangkapnya, maka untuk orang yang tidak tertangkap ini bisa dikatakan Allah telah menyelamatkannya.

Sebagaimana Allâh Ta’ala berfirman yang artinya:

  • “Dan ketika adzab Kami datang, Kami selamatkan Hûd…” (Qs. Hûd /11:58),
  • “Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Saleh…” (Qs. Hûd /11:66),
  • “Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Syu’aib…” (Qs. D /11:94).

Siksa Allâh Ta’ala tidak ditimpakan kepada mereka, akan tetapi menimpa orang selain mereka. Jika tidak ada faktor-faktor keselamatan yang Allâh Ta’ala anugerahkan bagi mereka secara khusus, niscaya siksa akan menimpa mereka juga. Demikian pula pengertian al-wurûd (mendatangi neraka), maksudnya adalah orang-orang akan melewati neraka dengan melintasi shirâth, kemudian Allâh Ta’ala menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang zhalim di neraka dalam keadaan berlutut”

Senada dengan keterangan di atas, sebelumnya Imam Nawâwi rahimahullâh (wafat tahun 676 H) pun merâjihkan arti kata al-wurûd adalah menyeberangi shirâth. Beliau rahimahullâh berkata saat menerangkan hadits Umm Mubasysyir radhiallâhu’anha: “Yang benar, maksud al-wurûd (mendatanginya) dalam ayat (Qs Maryam/19:71) adalah melewati shirâth. Shirâth adalah sebuah jembatan yang terbentang di atas neraka Jahanam. Para penghuni neraka akan terjatuh ke dalamnya. Sementara selain mereka akan selamat”.

Dalam kitab al-Jawâbuss Shahîh (1/228), Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyah rahimahullâh juga merâjihkan bahwa pengertian al-wurûd adalah menyeberangi shirâth.

Syaikh Abu Bakar al-Jazairi hafizhahullâh juga memilih pendapat ini dalam tafsirnya.

Orang-orang yang Bertakwa Selamat Melintasi Shirâth

Allâh Ta’ala menyelamatkan orang-orang yang bertakwa kepada-Nya sesuai dengan amal mereka. Amal shaleh akan sangat berpengaruh dalam proses melewati shirâth. Semakin banyak amal shaleh seseorang di dunia, maka ia akan semakin cepat menyeberanginya.

Syaikh as-Sa’di rahimahullâh mengatakan: “Orang-orang menyeberanginya sesuai dengan kadar amaliahnya (di dunia). Sebagian melewatinya secepat kedipan mata, atau secepat angin, atau secepat jalannya kuda terlatih atau seperti kecepatan larinya hewan ternak. Sebagian (menyeberanginya) dengan berlari-lari, berjalan atau merangkak. Sebagian yang lain tersambar dan terjerumus jatuh di dalam neraka. Masing-masing sesuai dengan kadar ketakwaannya. “

Sebagaimana Allâh Ta’ala berfirman yang artinya “Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa (kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya) dan membiarkan orang-orang zhalim (yang menzhalimi diri mereka sendiri dengan kekufuran dan maksiat) di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.”

Semoga Allâh Ta’ala dengan Rahmat dan Kasih-Nya berkenan menyelamatkan kita sekalian dari neraka.

Pelajaran Dari Ayat

  • Mengandung penetapan kewajiban mengimani keberadaan neraka.
  • Penetapan kewajiban mengimani shirâth.
  • Penetapan kepastian menyeberangi jembatan di atas neraka.
  • Ketetapan Allâh Ta’ala pasti terjadi.
  • Orang-orang bertakwa akan selamat dari siksa neraka.
  • Orang-orang fâjir (berbuat jahat) akan binasa karena kesyirikan dan maksiat mereka.

Wallâhu a’lam.

Sumber: Majalah As-Sunnah Edisi 09/Thn. XIII/Dzulhijjah 1430H/Desember 2010M



Mungkinkah Allah Mengampuniku ?


bunga4

Para pembaca yang semoga dirahmati Alloh, mungkin sempat ada yang bertanya, “Aku ingin bertaubat hanya saja dosaku terlalu banyak. Tidak ada satu macam perbuatan keji pun melainkan telah aku kerjakan. Dan tidak ada satu bentuk dosa pun melainkan telah aku terjerumus ke dalamnya. Mungkinkah Alloh mengampuni dosa-dosaku ?!!”
Bagi siapa saja yang merasa dosanya sulit untuk diampuni maka perhatikanlah kisah berikut ini.

Kisah Taubat Pembunuh 100 Jiwa
Kisah ini diriwayatkan dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al Khudri rodiyallohu ‘anhu, sesungguhnya Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang membunuh 99 jiwa, lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi, maka ia pun ditunjukkan kepada seorang rahib, lalu ia mendatangi rahib tersebut dan berkata, ‘Sesungguhnya (jika seseorang) telah membunuh 99 jiwa, apakah mungkin baginya taubat?’ Rahib pun menjawabnya, ‘Tidak.’ Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan menyempurnakannya menjadi 100 jiwa.
Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi, lalu ia ditunjukkan kepada seseorang yang ‘alim, lalu dia berkata, ‘Sesungguhnya (jika seseorang) telah membunuh 100 jiwa, apakah masih mungkin baginya taubat?’ Orang alim itu pun menjawab, ‘Ya, dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Pergilah ke tempat ini dan ini karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Alloh Ta’ala, maka sembahlah Alloh bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke tempatmu(yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang jelek.’
Maka laki-laki ini pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Maka terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat azab. Kemudian malaikat rahmat berkata, ‘Orang ini datang untuk bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Alloh’. Dan malaikat azab berkata, ‘Sesungguhnya orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun’. Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata,’Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen), jika jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.’ Lalu mereka pun mengukur kedua jarak tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju, maka ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.” (HR. Bukhori & Muslim)

Wahai saudaraku, siapakah yang dapat menghalangi seseorang dari taubat? Laki-laki ini telah membunuh 100 jiwa dan dia telah diampuni Alloh. Lalu mengapa Anda berputus asa dari rohmat Alloh dan dari ampunan-Nya yang begitu luas ??!

Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah ini

Dari kisah ini ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik :
Pertama; Seorang pembunuh masih memiliki kesempatan untuk bertaubat dan dalilnya adalah firman Alloh yang artinya, “Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa di bawah syirik, bagi siapa yang Dia kehendaki.” (An Nisaa’ : 48). Yaitu Alloh mengampuni dosa-dosa di bawah syirik, apabila Dia menghendaki. Dan ini merupakan pendapat jumhur (mayoritas) para ulama. (Syarh Riyadhus Sholihiin, SyaikhIbnu Utsaimin). Ayat ini juga menunjukkan tentang keutamaan ikhlas dan ikhlas merupakan sebab terampuninya dosa-dosa. (Syarh Al Arba’in An Nawawi, Syaikh Ibnu Utsaimin)
Kedua; Hati ahli maksiat lebih mudah tergugah untuk bertaubat kepada Alloh karena dia merasa berbuat salah sedangkan ahli bid’ah tidak demikian.
Ketiga; Orang yang berilmu lebih utama daripada ahli ibadah karena ahli ibadah yang jahil (bodoh) terkadang dengan kejahilannya akan bertindak ‘ngawur’ sekalipun menurut dia hal itu baik. Dari sini dapat diketahui bahwa orang yang terjun berdakwah, hendaklah memiliki ilmu agar tidak membuat kerusakan yang lebih besar.
Keempat; Orang jahil adalah musuh bagi dirinya sendiri sebagaimana si rahib di atas, dikarenakan kedangkalan ilmunya, maka dia kurang waspada dari sang pembunuh sehingga dia memperoleh akibatnya.
Kelima; Orang yang berilmu merupakan cahaya bersinar yang bermanfaat bagi manusia.
Keenam; Seorang da’i dan alim ulama hendaknya memberikan kabar gembira kepada manusia serta tidak melarikan mereka sehingga mereka merasa pesimis dari keluasan rohmat Alloh.
Ketujuh; Orang yang bertaubat hendaknya berpindah dari lingkungan yang jelek ke lingkungan yang baik.
Kedelapan; Bergaul dengan orang-orang sholeh merupakan penyebab kuatnya iman dan lemahnya tipu daya syaithon. (Disarikan dari Bahjatun Nadhirin, Syaikh Salim Al Hilaly –silahkan lihat Majalah Al Furqon ed.2/Th.II-)

Luasnya ampunan Alloh
Pembaca yang semoga dirahmati Alloh, perhatikanlah hadits qudsi berikut yang menceritakan luasnya ampunan Alloh subhanahu wa ta’ala!! Dari Anas rodiyallohu ‘anhu, saya mendengar Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, Alloh Ta’ala berfirman, “…Hai anak Adam, sungguh seandainya kamu mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian mendatangi-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun. Sungguh Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani di Shohihul Jaami’).
Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaly hafizhohulloh berkata, “Wahai hamba yang ingin bertaubat, jika engkau sudah berkeinginan kuat untuk melakukan taubat nashuha (taubat yang semurni-murninya) dan engkau jujur terhadap Alloh, maka bertawakkallah kepada-Nya. Sesungguhnya Alloh Maha Pemurah lagi Maha Mulia, Dia tidak akan mengembalikanmu dengan tangan kosong walaupun dosa-dosamu sudah memenuhi isi langit.” (At Taubah An Nashuuh, edisi terjemahan dengan judul ‘Luasnya Ampunan Alloh’).
Allohumma ij’alnii minat tawwabiin wa ij’alnii minal mutathohhiriin. (Ya Alloh, jadikanlah kami bagian dari orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah kami bagian dari orang-orang yang mensucikan diri)

Nasehat
Perhatikanlah do’a yang diajarkan Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Bakr Ash Shiddiq rodiyallohu ‘anhu, padahal beliau rodiyallohu ‘anhu adalah sebaik-baik umat yang apabila amalnya ditimbang dengan amal umat ini maka akan lebih beratlah amal beliau. Apa do’a tersebut ??!

Allohumma, innii zholamtu nafsii zhulman katsiiroo,

wa laa yagfirudz dzunuuba illa anta,

fagh-firlii maghfirotan min ‘indika,

warhamnii innaka antal ghofuurur rohiim

(Ya Alloh, Sesungguhnya aku telah menzholimi diriku dengan kezholiman yang sangat banyak, dan tidak ada yang mengampuni segala dosa kecuali Engkau, maka ampunilah aku dengan pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang)

Disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ST
http://rumaysho.wordpress.com


MENANGIS KARENA TAKUT KEPADA ALLAH



Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu [yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempat keluarnya.” (HR. Tirmidzi [1633]).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; [1] seorang pemimpin yang adil, [2] seorang pemuda yang tumbuh dalam [ketaatan] beribadah kepada Allah ta’ala, [3] seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid, [4] dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya, [5] seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan berkedudukan dan cantik [untuk berzina] akan tetapi dia mengatakan, ‘Sesungguhnya AKU TAKUT KEPADA ALLAH’, [6] seorang yang bersedekah secara sembunyi-sumbunyi sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan [7] seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga kedua matanya mengalirkan air mata (menangis).” (HR. Bukhari [629] dan Muslim [1031]).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam [jihad] di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi [1639], disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi [1338]).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Tidak ada yang lebih dicintai oleh Allah selain dua jenis tetesan air dan dua bekas [pada tubuh]; yaitu tetesan air mata karena perasaan takut kepada Allah, dan tetesan darah yang mengalir karena berjuang [berjihad] di jalan Allah. Adapun dua bekas itu adalah; bekas/luka pada tubuh yang terjadi akibat bertempur di jalan Allah dan bekas pada tubuh yang terjadi karena mengerjakan salah satu kewajiban yang diberikan oleh Allah.” (HR. Tirmidzi [1669] disahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi [1363])
Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma mengatakan:
“Sungguh, menangis karena takut kepada Allah itu jauh lebih aku sukai daripada berinfak uang seribu dinar!”.
Ka’ab bin al-Ahbar rahimahullah mengatakan:
“Sesungguhnya mengalirnya air mataku sehingga membasahi kedua pipiku karena takut kepada Allah itu lebih aku sukai daripada aku berinfak emas yang besarnya seukuran tubuhku.”
Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan;
“Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan al-Qur’an kepada anda sementara al-Qur’an itu diturunkan kepada anda?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini (yang artinya), “Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka beliau berkata, “Cukup, sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata.” (HR. Bukhari [4763] dan Muslim [800]).
Dari Ubaidullah bin Umair rahimahullah:
Suatu saat dia pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu’anha, “Kabarkanlah kepada kami tentang sesuatu yang pernah engkau lihat yang paling membuatmu kagum pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”. Maka ‘Asiyah pun terdiam lalu mengatakan, “Pada suatu malam, beliau (nabi) berkata, ‘Wahai Aisyah, biarkanlah malam ini aku sendirian untuk beribadah kepada Rabbku.’ Maka aku katakan, ‘Demi Allah, sesungguhnya saya sangat senang dekat dengan anda. Namun saya juga merasa senang apa yang membuat anda senang.’ Aisyah menceritakan, ‘Kemudian beliau bangkit lalu bersuci dan kemudian mengerjakan shalat.’ Aisyah berkata, ‘Beliau terus menerus menangis sampai-sampai basahlah bagian depan pakaian beliau!’. Aisyah mengatakan, ‘Ketika beliau duduk [dalam shalat] maka beliau masih terus menangis sampai-sampai jenggotnya pun basah oleh air mata!’. Aisyah melanjutkan, ‘Kemudian beliau terus menangis sampai-sampai tanah [tempat beliau shalat] pun menjadi ikut basah [karena tetesan air mata]!”. Lalu datanglah Bilal untuk mengumandangkan adzan shalat (Subuh). Ketika dia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis, Bilal pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, anda menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu maupun yang akan datang?!’. Maka Nabi pun menjawab, ‘Apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang pandai bersyukur?! Sesungguhnya tadi malam telah turun sebuah ayat kepadaku, sungguh celaka orang yang tidak membacanya dan tidak merenungi kandungannya! Yaitu ayat (yang artinya), “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi….dst sampai selesai” (QS. Ali Imran : 190).” (HR. Ibnu Hiban [2/386] dan selainnya. Disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih at-Targhib [1468] dan ash-Shahihah [68]).
Mu’adz radhiyallahu’anhu pun suatu ketika pernah menangis tersedu-sedu. Kemudian ditanyakan kepadanya:
“Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Karena Allah ‘azza wa jalla hanya mencabut dua jenis nyawa. Yang satu akan masuk surga dan satunya akan masuk ke dalam neraka. Sedangkan aku tidak tahu akan termasuk golongan manakah aku di antara kedua golongan itu?”.
al-Hasan al-Bashri rahimahullah pun pernah menangis, dan ditanyakan kepadanya:
“Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Aku khawatir besok Allah akan melemparkan diriku ke dalam neraka dan tidak memperdulikanku lagi.”
Abu Musa al-Asya’ri radhiyallahu’anhu suatu ketika memberikan khutbah di Bashrah, dan di dalam khutbahnya dia bercerita tentang neraka. Maka beliau pun menangis sampai-sampai air matanya membasahi mimbar! Dan pada hari itu orang-orang (yang mendengarkan) pun menangis dengan tangisan yang amat dalam.
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu menangis pada saat sakitnya [menjelang ajal]. Maka ditanyakan kepadanya:
“Apa yang membuatmu menangis?!”. Maka beliau menjawab, “Aku bukan menangis gara-gara dunia kalian [yang akan kutinggalkan] ini. Namun, aku menangis karena jauhnya perjalanan yang akan aku lalui sedangkan bekalku teramat sedikit, sementara bisa jadi nanti sore aku harus mendaki jalan ke surga atau neraka, dan aku tidak tahu akan ke manakah digiring diriku nanti?”.
Suatu malam al-Hasan al-Bashri rahimahullah terbangun dari tidurnya lalu menangis sampai-sampai tangisannya membuat segenap penghuni rumah kaget dan terbangun. Maka mereka pun bertanya mengenai keadaan dirinya, dia menjawab:
“Aku teringat akan sebuah dosaku, maka aku pun menangis.”
Saya [penyusun artikel] berkata: Kalau al-Hasan al-Bashri saja menangis sedemikian keras karena satu dosa yang diperbuatnya, lalu bagaimanakah lagi dengan orang yang mengingat bahwa jumlah dosanya tidak dapat lagi dihitung dengan jari tangan dan jari kaki? Laa haula wa laa quwwata illa billah! Alangkah jauhnya akhlak kita dibandingkan dengan akhlak para salafush shalih? Beginikah seorang salafi, wahai saudaraku? Tidakkah dosamu membuatmu menangis dan bertaubat kepada Rabbmu? “Apakah mereka tidak mau bertaubat kepada Allah dan meminta ampunan kepada-Nya? Sementara Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (lihat QS. al-Maa’idah : 74). Aina nahnu min haa’ulaa’i? Aina nahnu min akhlagis salaf? Ya akhi, jadilah salafi sejati!
Disarikan dari al-Buka’ min Khas-yatillah, asbabuhu wa mawani’uhu wa thuruq tahshilihi, hal. 4-13 karya Abu Thariq Ihsan bin Muhammad bin ‘Ayish al-’Utaibi, tanpa penerbit, berupa file word.
http://abu0mushlih.wordpress.com/2009/01/05/menangis-karena-takut-kepada-allah/


Orang yang Diharamkan Masuk Neraka


فإن الله حرم علي النار من قال لاألاأله ألا الله يبتغي بذلك وجه الله

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan “Laa illaha illallah” karena menginginkan ridha Allah.”(HR.Al-Bukhari dan Muslim dari Shabat ‘Itban radhiyallahu ‘anhu)

Hadits di atas adalah salah satu hadits dari sekian banyak hadits yang menjelaskan tentang keutamaan Tauhid. Bahwasanya orang yang mengucapkan kalimat ini akan dijauhkan dari api neraka. Hadits diatas adalah bantahan terhadap kaum murjiahyang mereka berkata,”cukuplah kita mengucapkan kalimat “Laa illaha illallah”tanpa berusaha untuk mendapatkan wajah Allah (tanpa mau beramal).

Panas

Penjelasan hadits:

Syaikh Muhammad bin Shalih Utsimin bekata tentang hadits ini, Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam فإن الله حرم علي النار :yaitu Allah melarang/mencegah neraka untuk mengenai orang tersebut. Dan sabda beliau من قال لاألاأله ألا الله:siapa yang mengucapkan dengan syarat ikhlas, dengan dalil sabda beliau يبتغي بذلك وجه الله :mengharap wajah Allah, dan barang siapa yang mencari wajah Allah maka dia harus beramal dan berusaha untuk mendapatkan wajah Allah tersebut, karena seseorang yang menginginkan sesuatu maka dia harus berusaha untuk sampai kepada tujuannya.(Qoulul mufid syarah kitab Tauhid jilid pertama) Demikian pula orang yang mengucapkan laa ilaha illallah dia juga harus beramal supaya bisa mendapatkan keutamaan dan pahala yang Allah janjikan dan sediakan untuk orang-orang yang mengucapkan kalimat ini. Amal atau usaha yang pertama yang harus dilakukan adalah dia mengetahui atau berilmu tentang kalimat ini, karena Amalan yang tidak dilandasi ilmu maka amalan itu tidak diterima. Ilmu yang di maksud adalh ilmu yang berkaitan dengan makna, syarat-syarat, konsekuensi serta pembatal-pembatal laa ilaha illallah. Berikut ini beberapa penjelasan tentang tentang syarat-syarat Laa ilaha illallah.

Syarat-syarat لاإله إلا الله

Bersaksi dengan Laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat, tanpa syarat-syarat itu maka syahadatnya tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya, dan tidak akan memperoleh keutamaan-keutamaan yang disebutkan dalam hadits di atas. Para ulama mengatakan bahwa syarat-syarat tersebut laksana gigi-gigi kunci, barang siapa membawa kunci yang tidak memiliki gigi-gigi maka kunci tersebut tidak bermanfaat (tidak bisa membuka pintu), demikian juga orang yang mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah tetapi tidak memenuhi syarat-syaratnya maka syahadatnya tidak bermanfaat. Ketujuh syarat tersebut adalah:

Syarat yang pertama:”Ilmu (mengetahui)
Artinya memahami makna dan maksudnya, mengetahui apa yang dinafikan/ditiadakan dan apa yang ditetapkan, (ilmu) yang menafikan kebodohan/ ketidak tahuan tentang makna tersebut. Alllah berfirman :

إِلاَّ مَن شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ {86}

“Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka menyakini/mengetahuinya (nya).” (QS. Az-Zukhruf:86)

Maksudnya orang yang yang bersaksi dengan Laa ilaaha illalla, dan memahami dengan hatianya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkannya tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.

Syarat yang kedua: Yakin (yakin)
Orang yang mengikrarkan harus meyakini kandungan syhadat itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu.Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللهِ أُوْلاَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ {15}

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar”. (QS.Hujurat :15)

Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

((من لقيت وراء هذا الحائط يشهد أن لاإله إلا الله مستيقنا قلبه فبشره بالجنة ))

“Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebun) ini, yang bersaksi bahw tiada Ilah (sesembahan yang berhak disembah) selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar genbira dengan (balasan) surga.”(HR.Al-Bukhari)

Maka siapa saja yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk surga.

Syarat yang ketiga: Qabul (menerima)
Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat; menyembah/beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainnya. Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menaati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah Ta’ala:
إِنَّهُم كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ يَسْتَكْبِرُونَ {35} وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍ {36}

“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka:”Laa ilaaha illallah” (Tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata:”Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila?” (QS.Ash-Shafat :35-36)

Ini seperti halnya penyembah kubur dewasa ini. Mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka belum menerima Laa ilaaha illallah.

Syarat yang keempat: Inqiyaad (Tunduk dan patuh dengan kandungan makna syahadat)
Allah Ta’ala berfirman:

وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى وَإِلَى اللهِ عَاقِبَةُ اْلأُمُورِ {22}

“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (QS.Luqman: 22)

Al-‘Urwatul-wutsqa adalah Laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqaadu (patuh, pasrah)

Syarat yang kelima:
Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkannya. Manakala llisannya mengucapkan tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta.Allah Ta’ala berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الأَخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ {8} يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ {9} فِي قُلُوبِهِم مَّرَضُُ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذّابٌ أَلِيمُ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ {10}

“Di antara manusia ada yang mengatakan:”Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar.Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS.Al-Baqarah:8-10)

Syarat yang keenam: Ikhlas.
Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak mengucapkan karena menginginkan isi dunia, riya’ atau sum’ah. Dalam hadits ‘Itban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

فإن الله حرم علي النار من قال لاألاأله ألا الله يبتغي بذلك وجه الله

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan “Laa illaha illallah” karena menginginkan ridha Allah.”(HR.Al-Bukhari dan Muslim)

Syarat yang ketujuh: Mahabbah (kecintaan)

Maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya. Allah berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا للهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ للهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ {165}

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal).(QS. Al-Baqarah:165)

Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan Laa illaha illallah.

(Kitab Tauhid 1 Dr.Shalih bin Fauzan, pustaka Al-Sofwa dan Al-Qoulul Al-Mufid, syaikh Utsaimin, oleh Abu Yusuf sujonoi)

http://abuthalhah.wordpress.com/2009/11/02/orang-yang-diharamkan-masuk-neraka/


Senin, 20 Desember 2010

Tawakkal, Syarat Mutlak Masuk Surga Tanpa Hisab dan Azab



Allah Ta’ala berfirman:

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupi (semua keperluan) nya.(QS. Ath-Thalaq: 3)



Allah Ta’ala berfirman:

وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

“Dan hanya kepada Allah, hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal. (QS. Ath-Thaghabun: 13)

Hushain bin Abdurrahman -rahimahullah- berkata:

كُنْتُ عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فَقَالَ أَيُّكُمْ رَأَى الْكَوْكَبَ الَّذِي انْقَضَّ الْبَارِحَةَ قُلْتُ أَنَا ثُمَّ قُلْتُ أَمَا إِنِّي لَمْ أَكُنْ فِي صَلَاةٍ وَلَكِنِّي لُدِغْتُ قَالَ فَمَاذَا صَنَعْتَ قُلْتُ اسْتَرْقَيْتُ قَالَ فَمَا حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ قُلْتُ حَدِيثٌ حَدَّثَنَاهُ الشَّعْبِيُّ فَقَالَ وَمَا حَدَّثَكُمْ الشَّعْبِيُّ قُلْتُ حَدَّثَنَا عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ حُصَيْبٍ الْأَسْلَمِيِّ أَنَّهُ قَالَ لَا رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمَةٍ فَقَالَ قَدْ أَحْسَنَ مَنْ انْتَهَى إِلَى مَا سَمِعَ وَلَكِنْ حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عُرِضَتْ عَلَيَّ الْأُمَمُ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلَانِ وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ إِذْ رُفِعَ لِي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِي فَقِيلَ لِي هَذَا مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَوْمُهُ وَلَكِنْ انْظُرْ إِلَى الْأُفُقِ فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي انْظُرْ إِلَى الْأُفُقِ الْآخَرِ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي هَذِهِ أُمَّتُكَ وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ ثُمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِي أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمْ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمْ الَّذِينَ وُلِدُوا فِي الْإِسْلَامِ وَلَمْ يُشْرِكُوا بِاللَّهِ وَذَكَرُوا أَشْيَاءَ فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا الَّذِي تَخُوضُونَ فِيهِ فَأَخْبَرُوهُ فَقَالَ هُمْ الَّذِينَ لَا يَرْقُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ فَقَالَ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ أَنْتَ مِنْهُمْ ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ

“Saya pernah bersama Said bin Jubair lalu dia berkata, ‘Siapa di antara kalian yang melihat bintang jatuh tadi malam? ‘ Aku menjawab, ‘Aku’. Kemudian aku berkata, ‘Tapi aku tidak sedang mengerjakan shalat, akan tetapi aku terbangun karena aku disengat (binatang).’ Sa’id lalu berkata, “Lantas apa yang kamu perbuat? ‘ Aku menjawab, ‘Aku meminta untuk diruqyah.’ Sa’id bertanya, ‘Apa yang membuatmu melakukan hal tersebut? ‘ Aku menjawab, ‘Sebuah hadits yang Asy-Sya’bi ceritakan kepadaku.’ Sa’id bertanya lagi, ‘Apa yang diceritakan asy-Sya’bi kepada kalian.’ Aku menjawab, ‘Dia telah menceritakan kepada kami dari Buraidah bin Hushaib al-Aslami, bahwa dia berkata, “Tidak ada ruqyah kecuali disebabkan oleh penyakit ain dan racun (sengatan binatang berbisa).” Maka Sa’id pun menjawab, “Telah berbuat baik orang melaksanakan sesuai dengan apa (dalil) yang dia dengar. Hanya saja Ibnu Abbas telah menceritakan kepada kami dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Telah diperlihatkan kepadaku semua umat. Lalu aku melihat seorang nabi yang bersamanya 3 sampai 9 orang, ada juga nabi yang bersama dengannya hanya satu atau dua orang lelaki saja, bahkan ada seorang nabi dan tidak ada seorangpun yang bersamanya. Tiba-tiba diperlihatkan kepadaku sekumpulan orang, maka aku menyangka mereka adalah umatku. Tetapi dikatakan kepadaku, ‘Mereka adalah Nabi Musa alaihissalam dan kaumnya. Tetapi lihatlah ke ufuk’. Lalu aku pun melihatnya, ternyata ada kumpulan besar yang berwarna hitam (yakni saking banyaknya orang kelihatan dari jauh). Lalu dikatakan lagi kepadaku, ‘Lihatlah ke ufuk yang lain.’ Ternyata di sana juga terdapat kumpulan besar yang berarna hitam. Dikatakan kepadaku, ‘Ini adalah umatmu dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang akan memasuki surga tanpa dihisab dan azab.” Setelah menceritakan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bangkit lalu masuk ke dalam rumahnya. Orang-orang lalu memperbincangkan mengenai mereka yang akan dimasukkan ke dalam Surga tanpa dihisab dan azab. Sebagian dari mereka berkata, “Mungkin mereka adalah orang-orang yang selalu bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Ada pula yang mengatakan, “Mungkin mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan tidak pernah melakukan perbuatan syirik terhadap Allah.” Mereka mengemukakan pendapat masing-masing. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menemui mereka, lalu beliau bertanya: “Apa yang telah kalian perbincangkan?” Mereka pun menerangkannya kepada beliau. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mereka adalah orang-orang yang tidak meruqyah, tidak meminta untuk diruqyah, tidak meyakini thiyarah (pamali) dan hanya kepada Allah mereka bertawakal.” Ukkasyah bin Mihshan berdiri lalu berkata, “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk dari kalangan mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu termasuk dari kalangan mereka.” Kemudian seorang lelaki lain berdiri dan berkata, “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk dari kalangan mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ukkasyah telah mendahuluimu.” (HR. Al-Bukhari no. 5270 dan Muslim no. 323)

Kalimat yang ditebalkan di atas telah dikritisi oleh sebagian ulama, di antaranya Imam Ad-Daraquthni dan selainnya. Karena kandungannya bertentangan dengan dalil-dalil lain yang membolehkan bahkan menganjurkan seseorang yang mampu untuk meruqyah saudaranya, tanpa perlu dia diminta.

Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan:

هُمْ الَّذِينَ لَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meyakini thiyarah (pamali), tidak meminta untuk diruqyah, dan tidak menggunakan kay (pengobatan dengan besi panas), dan hanya kepada Rabb merekalah mereka bertawakkal.”

Penjelasan ringkas:

Definisi tawakkal adalah penyandaran hati dan penyerahan semua urusan kepada Allah Ta’ala dalam meraih kebaikan atau menghindar dari mudharat, disertai dengan usaha dengan menempuh sebab yang syar’i (dibenarkan syariat) dan kauni (terbukti punya hubungan sebab akibat). Karenanya bukan tawakkal kalau hanya pasrah kepada takdir tanpa ada usaha, dan sebaliknya termasuk kesyirikan jika hanya bersandar pada usaha tanpa menyandarkan seluruhnya kepada Allah Ta’ala.

Tawakkal termasuk dari ibadah qalbiah (hati) yang paling mulia dan paling urgen, sampai-sampai Allah Ta’ala menggandengkan tawakkal dengan tauhid kepada-Nya dalam firman-Nya, (Dia-lah) Allah tidak ada sembahan yang hak selain Dia. Dan hanya kepada Allah, hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal. (QS. Ath-Thaghabun: 13). Karenanya balasannyapun merupakan balasan yang paling mulia di dunia dan di akhirat, di dunia berupa kecukupan dari Allah dalam semua hal yang dia butuhkan dan di akhirat berupa masuk surga pertama kali, tanpa didahului oleh hisab dan azab (dibersihkan dalam neraka).

Dalam hadits di atas disebutkan 4 kriteria dari ke-70.000 orang yang akan masuk surga tanpa hisab dan azab, hanya saja 3 yang pertama merupakan sifat detail dan yang keempat merupakan sifat umum untuk ketiganya. Yakni karena orang yang minta diruqyah, meyakini pamali, dan berobat dengan kay adalah orang-orang yang rendah tawakkalnya kepada Allah. Orang yang pertama karena minta diruqyah padahal bisa saja dia meruqyah dirinya sendiri, maka tatkala dia meminta bantuan diruqyah maka menunjukkan kepercayaan dan ketergantungan dia kepada Allah rendah. Orang yang meyakini pamali rendah tawakkalnya karena meyakini sesuatu yang bukan sebab syar’i dan kauni sebagai sebab, padahal dalam tawakkal seseorang hanya boleh menempuh dan meyakini sebab yang syar’i dan kauni. Orang yang ketiga juga rela menyakiti tubuhnya untuk sembuh padahal masih ada pengobatan lainnya, ini tentunya dia lakukan karena rendahnya tawakkal dan kesabaran dia kepada Allah.

Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin dalam Syarah Tsalatsah Al-Ushul hal. 58-59 menyebutkan 4 bentuk tawakkal, yang kesimpulannya:

  1. Tawakkal kepada Allah Ta’ala. Ini adalah ibadah yang besar bahkan merupakan tanda sempurnanya keimanan.
  2. Tawakkal sirr (terselubung), yaitu seseorang bertawakkal kepada orang yang telah meninggal (sesoleh apapun dia, apalagi kalau dia adalah thaghut), dalam usaha meraih maslahat dan menghindar dari mudharat. Hukum amalan ini adalah syirik akbar dan mengeluarkan pelakunya dari Islam. Hal itu karena tidak mungkin dia bertawakkal kepada orang yang sudah meninggal kecuali dia meyakini orang itu juga mampu mengatur para makhluk.
  3. Tawakkal kepada makhluk (yang masih hidup) pada perkara yang makhluk itu sanggup melaksanakannya, tapi disertai perasaan tingginya kedudukan orang itu dan rendahnya kedudukan dia di hadapan orang itu. Misalnya seseorang yang hatinya bergantung pada pimpinannya dalam mendapatkan penghasilan, dan semacamnya. Hukum amalan ini adalah syirik asghar. Tapi jika dia meyakini pimpinannya hanya sebagai sebab dan hanya Allah yang memberikan rezeki maka yang seperti ini tidak mengapa.
  4. Mewakilkan sebuah amalan kepada orang lain, pada amalan yang bisa diwakilkan dan orang lain itu bisa menggantikannya. Sebagaimana Nabi -alaihishshalatu wassalam- mewakilkan penjagaan sedekah kepada sebagian sahabat dan sebagaimana beliau mewakilkan penyembelihan 37 ekor ontanya kepada Ali setelah beliau sendiri menyembelih 63 ekor. Hukum amalan ini adalah boleh berdasarkan ijma’ ulama.

Beberapa pelajaran dari hadits di atas:

  1. Di antara kebiasaan para ulama salaf adalah senantiasa bermajelsi ilmu kapanpun mereka bertemu.
  2. Tingginya keikhlasan dan wara` para ulama salaf, tatkala mereka tidak ingin dipuji pada amalan yang tidak mereka lakukan. Tatkala Hushain bangun di malam hari maka mungkin akan ada yang mengira kalau dia bangun untuk shalat lail, maka beliaupun membantah sebelum muncul perkiraan seperti itu.
  3. Seseorang yang keliru, sebelum dia dinasehati hendaknya ditanyakan dahulu alasan dia melakukan kekeliruan tersebut, mungkin saja dia mempunyai dalil atas amalannya. Karenanya Said bin Jubair bertanya terlebih dahulu kepada Hushain mengenai alasannya minta diruqyah, karena sepengetahuan dia itu adalah amalan yang makruh.
  4. Maksud kalimat, “Tidak ada ruqyah kecuali disebabkan oleh penyakit ain dan racun (sengatan binatang berbisa),” adalah bahwa ruqyah pada kedua jenis penyakit ini sangat cepat berkhasiat, walaupun ruqyah juga bisa dilakukan pada selain kedua penyakit ini.
  5. Orang yang beramal dengan dalil yang dia ketahui tidaklah tercela walaupun dia keliru, bahkan tindakannya itu adalah tindakan yang benar. Inilah maksud dari ucapan ulama, “Setiap pihak yang berbeda pendapat itu benar,” yakni jika keduanya berlandaskan pada dalil yang shahih.
  6. Para nabi juga diutus oleh Allah untuk menyampaikan risalah, karena buktinya mereka juga mempunyai pengikut.
  7. Tidak boleh tertipu dengan banyaknya pengikut, banyaknya murid, dan banyaknya orang yang hadir ketika dia membawakan materi, sehingga mengira dirinya di atas kebenaran. Hal itu karena mayoritas bukanlah tolak ukur kebenaran, karena para nabi dalam hadits tersebut jelas berada di atas kebenaran tapi ternyata pengikutnya hanya sedikit bahkan ada nabi yang tidak punya pengikut. Bahkan nash-nash dalam kedua wahyu menunjukkan bahwa kebanyakan golongan mayoritas adalah orang-orang yang tersesat. Ini sebagai bantahan bagi semua metode mencari kebenaran dan kemenangan dengan menjadikan suara terbanyak sebagai patokan.
  8. Walaupun seseorang tidak boleh tertipu dengan banyaknya pengikut, tapi tidak menunjukkan dia tidak perlu bersemangat dalam berdakwah. Karena pada hadits di atas juga disebutkan bahwa pengikut Nabi -alaihishshalatu wassalam- sangatlah banyak. Jadi hendaknya seorang dai berada di sikap pertengahan, tidak bangga dengan banyaknya murid dan juga tidak merasa cukup dengan sedikitnya orang yang mengikuti sunnah.
  9. Umat Bani Israil merupakan umat yang terbanyak setelah umat Islam, dan sekaligus menunjukkan keutamaan Nabi Musa -alaihishshalatu wassalam- selaku nabi mereka.
  10. Keutamaan Allah atas umat ini yang Dia tidak berikan kepada umat lainnya, yaitu ada 70.000 orang di antara mereka yang masuk surga tanpa hisab dan azab.
  11. Jumlah orang yang masuk surga tanpa hisab dan azab yang tersebut dalam hadits ini adalah 70.000 orang. Dan disebutkan dalam hadits Abu Umamah Al-Bahili riwayat At-Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, dan dihasankan oleh sebagian ulama, “Setiap seribunya ditambahkan tujuhpuluh ribu orang lagi.” Jadi total seluruhnya adalah 4.900.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan azab.
  12. Keutamaan mereka yang bersahabat dan senantiasa bersama Nabi -alaihishshalatu wassalam-, karena para sahabat mengira merekalah orangnya. Dan besarnya pahala menunjukkan besarnya nilai amalan itu.
  13. Juga menunjukkan keutamaan anak-anak yang lahir dan meninggal dalam keluarga yang islami sehingga mereka tidak pernah berbuat kesyirikan walaupun sekali di dalam hidupnya.
  14. Makruhnya minta diruqyah dan berobat dengan kay. Adapun meyakini thiyarah maka hukum asalnya adalah syirik asghar.
  15. Semangat para sahabat untuk mendapatkan kebaikan. Terbukti dari permintaan Ukkasyah yang langsung dia ucapkan segera setelah beliau menyebutkan keutamaan tersebut.
  16. Termasuk tawassul yang dibolehkan adalah minta didoakan oleh orang saleh, dan hal ini tidak terkhusus bagi Nabi -alaihishshalatu wassalam- saja.
  17. Di antara 4.900.000 orang itu adalah Ukkasyah bin Mihshan. Sisanya tidak boleh ditetapkan siapa orangnya kecuali dengan dalil. Kepastian seseorang masuk ke dalam surga tidak menunjukkan mereka memasukinya tanpa hisab dan azab, wallahu a’lam. Jadi ini menunjukkan keutamaan Ukkasyah bin Mihshan -radhiallahu anhu-.
  18. Sabda Nabi -alaihishshalatu wassalam-, “Ukkasyah telah mendahuluimu,” termasuk di antara baiknya muamalah beliau kepada para sahabatnya. Beliau tidak mengatakan, “Kamu tidak terpenuhi syarat,” atau “kamu tidak pantas,” dan semacamnya. Hanya saja beliau mengucapkan hal ini untuk mencegah yang lainnya dari meminta. Karena kalau ini dibiarkan maka tentu saja semua orang yang ada di situ dan selainnya akan meminta, sehingga menyebabkan Nabi -alaihishshalatu wassalam- terpaksa harus menolak karena di antara mereka mungkin ada yang tidak memenuhi syarat tapi beliau tidak enak mengatakannya.

Washallallahu ala Nabiyyina Muhammadin wa ala alihi washahbihi ajmain.

http://al-atsariyyah.com/tawakkal-syarat-mutlak-masuk-surga-tanpa-hisab-dan-azab.html

Tambahan: Lihat pembahasan mengenai ruqyah di sini: http://al-atsariyyah.com/?p=1649


TAMASYA KE TAMAN SURGA (Oleh: Ustadz Ahmad Jamil bin Alim bin Hamid hafizhahullah)



Definisi Surga Secara Bahasa:

Surga dalam bahasa Arab disebut (جَنَّةٌ ) “Jannatun” yang artinya: Taman yang di dalamnya terdapat pemandangan yang indah dan pepohonan yang rindang. Surga dinamakan (جَنَّةٌ ) “Jannatun” karena di dalam surga terdapat pemandangan yang sangat indah dipandang dan juga terdapat pepohonan yang rindang.

Dimanakah Letak Surga?

Surga berada di tempat yang tinggi yaitu berada di langit yang ketujuh yang bernama “Sidrotul Muntaha”. Allah berfirman:

(( عند سدرة المنتهى ، عندها جنة المأوى ))

“(Yaitu) di Sidrotul Muntaha, di dekatnya terdapat surga tempat kembali.” (QS. An Najm:14-15).

Namun sebaliknya nereka berada di tempat yang paling rendah, yaitu di bagian bumi yang paling bawah. Allah berfirman:

(( ثم رددناه أسفل سافلين ))

“Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).” (QS. At Tiin:5).

Luasnya Surga:

Surga sangat luas seperti luasnya langit dan bumi. Allah berfirman:

(( وسارعوا إلى مغفرة من ربكم وجنة عرضها السماوات والأرض أعدت للمتقين ))

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imron:133).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(( والذي نفس محمد بيده إن ما بين المصراعين من مصاريع الجنة لكما بين مكة وهجر ))

“Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, sesungguhnya jarak antara dua sisi pintu dari pntu-pintu surga seperti jarak antara Makkah dan Hajar (Kota dekat Dammam dan Ahsa’). (HR. Bukhori&Muslim).

Keindahan Surga:

Keindahan surga sangat luar biasa sehingga tidak bisa dijangkau dengan angan-angan manusia. Allah berfirman:

(( فلا تعلم نفس ما أخفي لهم من قرة أعين جزاء بما كانوا يعملون ))

“Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam keni’matan) yang menyejukkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. As Sajdah:17).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Allah Azza Wa Jalla berfirman:

(( أعددت لعبادي الصالحين ما لا عين رأت ولا أذن سمعت ولا خطر على قلب بشر ))

“ِAku persiapkan bagi hamba-hamba-Ku yang sholih keni’matan (disurga) yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pula terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dihati manusia.” (HR Bukhori:3244, Muslim:2824).

Tanah, kerikil, batu bata di Surga:

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(( لبنة ذهب ولبنة فضة وملاطها المسك وحصباؤها اللؤلؤ والياقوت وترابها الزعفران ))

“Batu bata (di surga) dari emas dan batu bata dari perak, lumpur (untuk mengecat) dindingnya terbuat dari minyak kesturi, kerikilnya terbuat dari mutiara dan intan, tanahnya terbuat dari minyak za’faron.” (HR. Ahmad).

Rumah dan Istana di Surga:

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(( دخلت الجنة فإذا أنا بقصر من ذهب ))

“Aku masuk surga, tiba-tiba aku melihat istana yang terbuat dari emas.” (HR. Tirmidzi).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(( من قرأ قل هو الله أحد حتى يختمها عشر مرات بنى الله له قصرا في الجنة. قال عمر: إذن تكثر قصورنا يا رسول الله. فقال: الله أكثر وأطيب ))

“Barangsiapa membaca Qul Huwallahu Ahad (Surat Al Ikhlash) dan menghatamkannya sepuluh kali, maka Allah akan membangunkan baginya istana di surga. Umar berkata: Kalau begitu istana kita banyak Ya Rosulallah. Beliau bersabda: Apa-apa yang disisi Allah lebih banyak dan lebih baik.” (HR. Ahmad:4/103).

Taman dan Pepohonan di Surga:

Allah berfirman:

(( وأصحاب اليمين ما أصحاب اليمين، في سدر مخضود، وطلح منضود، وظل ممدود ))

“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. (Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas.” (QS. Al Waqi’ah:27-30).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(( إن في الجنة لشجرة يسير الراكب في ظلها مائة عام لا يقطعها ))

“Sesungguhnya di dalam surga terdapat pohon, apabila seseorang yang berkendaraan lewat dibawah naungannya selama seratus tahun, ia tidak dapat menempuhnya.” (HR. Bukhori&Muslim).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(( ما في الجنة شجرة إلا وساقها من ذهب ))

“Tidak ada pohon di surga melainkan tangkainya terbuat dari emas.” (QS. HR. Tirmidzi:2525).

Buah-buahan di Surga:

Allah berfirman:

(( وفاكهة كثيرة، لا مقطوعة ولا ممنوعة ))

“Dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya.” (QS. Al Waqi’ah:32-33).

(( قطوفها دانية ))

“Buah-buahannya dekat.” (QS. Al Haqqoh:23).

Ibnu Abbas rodhiyallahu anhuma berkata: “Apabila penghuni surga ingin mengambil buah-buahan surga, maka buah tersebut turun mendekat sehingga diapun mengambil apa saja yang ia suka.” Baro’ bin Azib rodhiyallahu anhuma berkata: “Mereka memetik buah dengan tidur.” (Hadil Arwah karya Ibnul Qoyyim:230-231).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(( إنه عرضت علي الجنة وما فيها من الزهرة والنضرة، فتناولت منها قطفا من عنب لآتيكم به، فحيل بيني وبينه، ولو أتيتكم به لأكل منه من بين السماء والأرض لا ينقصونه ))

“Sesungguhnya pernah dinampakkan surga kepadaku, akupun melihat keindahan dan keelokan di dalamnya, lalu aku mengulurkan tanganku untuk memetik setangkai buah anggur agar aku dapat membawanya ke hadapan kalian, namun ada sesuatu yang menghalangiku darinya, kalau seandainya aku dapat membawanya kepada kalian niscaya buah tersebut cukup dimakan semua yang ada di antara langit dan bumi, serta tidak kurang.” (HR. Ahmad:352-353)

Sungai-sungai di Surga:

Allah Ta’ala berfirman:

(( مثل الجنة التي وعد المتقون فيها أنهار من ماء غير آسن وأنهار من لبن لم يتغير طعمه وأنهار من خمر لذة للشاربين وأنهار من عسل مصفى ولهم فيها من كل ثمرات من ربهم ))

“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khomr yang lezat bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring, dan mereka mendapatkan di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka.” (QS. Muhammad:15).

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata: “Sungai-sungai tersebut mengalir di bawah kamar-kamar mereka, istana-istana mereka dan kebun-kebun mereka.” (Hadil Arwah:236).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(( الكوثر نهر في الجنة حافتاه من ذهب، ومجراه على الدر والياقوت، تربته أطيب من المسك، وماؤه أحلى من العسل وأبيض من الثلج ))

“Al Kautsar adalah sungai di surga kedua tepinya tebuat dari emas, alirannya diatas mutiara dan permata Yaqut, tanahnya lebih harum dari minyak kesturi, airnya lebih manis daripada madu dan lebih putih daripada salju.” (HR. Tirmidzi:3361).

Makanan dan Minuman Surga:

Allah berfirman:

(( مثل الجنة التي وعد المتقون تجري من تحتها الأنهار أكلها دائم وظلها ))

“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa mengalir sungai-sungai di dalamnya, buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula).” (QS. Ar Ro’d:35).

(( وأمددناكم بفاكهة ولحم مما يشتهون ))

“Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini.” (QS Ath Thuur:22).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(( يأكل أهل الجنة ويشربون ولا يمتخطون ولا يغوطون ولا يبولون، طعامهم جشاء كريح المسك ))

“Penghuni surga makan dan minum namun tidak mengeluarkan ingus dan tidak mengeluarkan kotoran besar dan tidak pula kencing, makanan mereka menjadi sendawa (dan keringat) baunya seperti bau minyak kesturi.” (HR. Muslim:2835).

Baju Penghuni Surga:

Allah berfirman:

(( إن المتقين في مقام أمين، في جنات وعيون، يلبسون من سندس وإستبرق متقابلين ))

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, di dalam taman-taman dan mata air-mata air, mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan.” (HR. Ad Dukhon: 51-53).

(( إن الذين آمنوا وعملوا الصالحات إنا لا نضيع أجر من أحسن عملا، أولئك لهم جنات عدن تجري من تحتهم الأنهار يحلون فيها من أساور من ذهب ويلبسون ثيابا خضرا من سندس وإستبرق متكئين فيها على الأرائك نعم الثواب وحسنت مرتفقا ))

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholih, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalnya dengan baik. Mereka itu memperoleh surga Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya, dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar diatas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya dan tempat istirahat yang indah.” (QS. Al Kahfi:30-31).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(( من لبس الحرير في الدنيا لم يلبسه في الآخرة ))

“Siapa yang memakai sutera di dunia, maka dia tidak memakainya di akhirat.” (HR. Bukhori:5832,Muslim:2073).

Istri-istri (Bidadari) di Surga:

Bidadari istri-istri penghuni Surga sangat cantik dan jelita ibarat bulan purnama, wajah mereka indah mempesona, mereka suci dan tidak pernah di sentuh oleh jin ataupun manusia, Allah berfirman:

(( ولهم فيها أزواج مطهرة وهم فيها خالدون ))

“Dan untuk mereka ada istri istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al Baqarah:25).
Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas rodhiyallahu anhuma berkata: “(Istri-istri surga) mereka tidak haid, tidak mengeluarkan berhadats (kencing dan buang kotoran besar) dan tidak pula mengeluarkan ingus.” Mujahid rohimahullah berkata: “Mereka tidak kencing dan tidak mengeluarkan kotoran besar, tidak mengeluarkan madhi dan mani, tidak haid, tidak meludah, tidak mengeluarkan ingus dan tidak pula melahirkan.” (Hadil Arwah:284).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(( ولو اطلعت امرأة من نساء الجنة إلى الأرض لملأت بينهما ريحا ولأضاءت ما بينهما ))

“Kalau seandainya wanita surga melongok ke bumi, niscaya antara langit dan bumi penuh dengan bau harum dan bersinar.” (HR. Ahmad:3/264).

Orang-orang yang beriman di dalam surga bersenang-senang dengan istri-istri mereka, Allah berfirman:

(( إن أصحاب الجنة اليوم في شغل فاكهون، هم وأزواجهم على الأرائك متكئون ))

“Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan, mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan.” (QS. Yasin:55-56).
Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin Abbas rodhiyallahu anhuma berkata: “Mereka sibuk memecahkan keperawanan bidadari.” Muqotil berkata: “Mereka sibuk memecahkan keperawanan bidadari sampai lupa dengan penghuni neraka, sehingga mereka tidak ingat dan tidak memperhatikan mereka (penghuni neraka). (Hadil Arwah:310).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Penghuni surga di beri kekuatan seratus orang.” (HR. Tirmidzi:2536).

Penghuni Surga Dikumpulkan Bersama Keluarga Mereka:

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan dan setiap perkumpulan pasti ada permasalahan. Akan tetapi pertemuan dan perkumpulan di surga tiada lagi perpisahan dan tiada pula permasalahan. Wahai alangkah indahnya pertemuan dan perkumpulan itu, yaitu di saat Allah Ta’ala menyatukan orang-orang yang beriman pada hari kiamat dengan keluarganya. Allah berfirman:

(( والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء ))

“Dan orang-orang yang beriman dan anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada sedikitpun mengurangi pahala amal mereka.” (QS. Ath Thur:21).

Penghuni Surga di Antara Mereka Saling Mengingat Amalan yang Mereka Kerjakan di Dunia:

Allah Ta’ala berfirman:

(( وأقبل بعضهم على بعض يتساءلون ، قالوا إنا كنا قبل في أهلنا مشفقين ، فمنّ الله علينا ووقانا عذاب السموم ، إنا كنا من قبل ندعوه إنه هو البر الرحيم ))

“Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling bertanya. Mereka berkata: “Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diadzab). Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dialah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Mulia.” (QS. Ath Thuur:28).

Penghuni Surga Melihat Wajah Allah di Surga:

Melihat Wajah Allah di surga adalah keni’matan yang paling besar. Allah Ta’ala berfirman:

(( للذين أحسنوا الحسنى وزيادة ولا يرهق وجوههم قتر ولا ذلة أولئك أصحاب الجنة هم فيها خالدون ))
“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahan (melihat Wajah Allah). Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak pula kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Yunus:26).

(( وجوه يومئذ ناضرة ، إلى ربها ناظرة ))
“Wajah-wajah (orang mu’min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka melihat.” (QS. Al Qiyamah:20-21).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Apabila penghuni surga telah masuk ke dalam surga, Allah Azza Wa Jalla berfirman (kepada mereka): Apakah kalian menginginkan tambahan? Mereka berkata: Bukankah Engkau telah membuat putih wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka? Kemudian Allah menyingkap tabir, maka mereka tidak mendapat keni’matan yang lebih mereka cintai dari melihat Wajah Tuhan mereka Azza Wa Jalla.” (HR. Muslim:181).

Kematian Disembelih di Antara Surga dan Nereka:

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Di datangkan kematian seakan-akan ia adalah seekor domba, lalu di berhentikan di antara surga dan neraka, dikatakan kepada penghuni surga: Wahai penghuni surga tahukah kalian ini? Merekapun berkumpul, melihat dan berkata: Ya ini adalah kematian. Kemudian dikatakan kepada penghuni neraka: Wahai penghuni neraka tahukah kalian ini? Merekapun berkumpul, melihat dan berkata: Ya ini adalah kematian. Kemudian diperintahkan kepada kematian lalu iapun disembelih. Kemudian dikatakan: Wahai penghuni surga kekal dan tidak ada lagi kematian, wahai penghuni neraka kekal dan tidak ada lagi kematian.” (Muttafaqun Alaih).

Wahai Saudaraku! Ingatlah kebahagiaan dunia hanyalah sementara, sedangkan kebahagiaan akhirat kekal selama-lamanya. Orang-orang yang cerdik mereka menyiapkan masa depannya yang abadi, adapun orang-orang yang dungu mereka silau dan tertipu dengan gemerlapnya keni’matan duniawi.

Ya Allah tunjukkan kami selalu kepada jalan-Mu yang lurus, yaitu jalan yang mengantarkan kami kepada surga-Mu. Amin Ya Robbal A’lamin.

Abu Muhammad Herman

Sumber: http://pengajianbahrain.blogspot.com/
http://alqiyamah.wordpress.com/2010/04/25/tamasya-ke-taman-surga/

Catatan Terkait:

GAMBARAN SURGA – SIAPA MAU?
http://www.facebook.com/note.php?note_id=271139940174

KRITERIA PENGHUNI SURGA (Bagian 1)
http://www.facebook.com/note.php?note_id=271221785174

KRITERIA PENGHUNI SURGA (Bagian 2. Selesai – Menurut As-Sunnah)
http://www.facebook.com/note.php?note_id=271838840174

SESEORANG ITU BERSAMA ORANG YANG IA CINTAI (Oleh : Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di رحمه الل )
http://www.facebook.com/note.php?note_id=409642510174


Entri Populer

VIDEO

ENTER-TAB1-CONTENT-HERE

RECENT POSTS

ENTER-TAB2-CONTENT-HERE

POPULAR POSTS

ENTER-TAB3-CONTENT-HERE
 

Mulia dalam Naungan Sunnah Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha